Beranda Kepri Tanjungpinang Dompet Dhuafa Pendidikan Gagas Model Pendidikan di Wilayah Rawan Bencana

Dompet Dhuafa Pendidikan Gagas Model Pendidikan di Wilayah Rawan Bencana

0
Dompet Dhuafa Pendidikan Gagas Model Pendidikan di Wilayah Rawan Bencana.

beritakepri.id, JAKARTA — Tak bisa dipungkiri, sektor pendidikan selalu terdampak setiap kali bencana terjadi. Trauma pada anak-anak, juga kerusakan gedung sekolah adalah dampak besar yang harus ditanggung oleh para penyintas bencana. Ditambah lagi potensi bencana alam yang juga besar di negeri ini, membuat pendidikan menjadi krusial untuk diperhatikan dalam konteks kebencanaan.

Dompet Dhuafa Pendidikan (DD Pendidikan) sebagai salah satu jejaring Dompet Dhuafa yang fokus pada bidang pendidikan, berupaya untuk memberikan kontribusinya. Melalui programnya, Center for Education Study and Advocacy (CESA), DD Pendidikan mengajak semua pemangku kepentingan untuk bergerak bersama dalam upaya menyelamatkan sektor pendidikan saat bencana terjadi.

Untuk tujuan tersebut, CESA menggelar “Kajian Pendidikan di Wilayah Bencana” pada Jum’at 22 Februari 2019 pukul 19.00 – 22.00 di Upnormal Coffee Roaster, Jl. Raden Saleh, Cikini Jakarta Pusat. Acara ini berlangsung dengan konsep talkshow dan diikuti 75 orang dari berbagai instansi.

“Target dari Kajian Pendidikan ini adalah merancang model pendidikan di wilayah bencana, mulai dari respon tanggap darurat, recovery dan mitigasi bencana sejak dini. Acara ini juga bertujuan untuk mengadvokasi konsep pendidikan di wilayah bencana agar dapat masuk dalam kurikulum pendidikan nasional,” ujar Aza El Munadiyan, Managar Strategic Partnership DD Pendidikan.

Sederet pemateri yang kompeten di bidangnya hadir untuk berbagi pengetahuan. Pemateri tersebut terdiri dari LIPI sebagai perwakilan unsur pemerintah, sedangkan dari NGO diwakili oleh MPBI (Masyarakat Peduli Bencana Indonesia) dan Dompet Dhuafa.

Nugroho Dwi Hatanto, Peneliti Geofisika Laut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI optimis bahwa mitigasi bencana akan sukses jika ada sinergi antar para pemegang kepentingan.

“Kita bisa bertukar pikiran, melupakan sekat-sekat dan memberikan informasi tentang literasi bencana,” ungkap Nugroho.

Sementara dari MBPI diwakili oleh Koordinator Advokasi dan Akuntabilitas serta Pengembangan Kapasitas Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia, Iskandar Leman. Iskandar menyampaikan, bicara mitigasi berarti bicara tentang mengurangi dampak bencana.

“Sedangkan jika berbicara tentang pencegahan, itu artinya bagaimana kita mengelola bencana sedemkian rupa sehingga tingkat kekuatannya berkurang,” ujarnya.

Arif Haryono selaku General Manager Pendidikan Dompet Dhuafa menyampaikan bahwa bencana berdampak pada kualitas belajar mengajar. “Survey Dompet Dhuafa, 6 bulan setelah bencana masih banyak guru yang izin mengajar. Sedangkan para siswa sudah semangat lagi belajar, tetapi kecepatan mereka tidak ditopang dengan kesigapan kita dalam menyediakan tempat dan guru pengajar,” papar Arif.

Demikianlah, langkah strategis harus segera diambil untuk mempersiapkan bangsa ini dalam menghadapi bencana. Semoga forum kajian dan advokasi ini dapat menjadi langkah awal yang mampu menginspirasi banyak pihak untuk ambil bagian dalam upaya mitigasi bencana di tanah air.(BK/R)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here