beritakepri.id, TANJUNGPINANG – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Tanjungpinang menggelar rapat koordinasi bersama seluruh anggota TPID secara virtual yang dipimpin oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Samsudi, S. Sos, M. H yang berlangsung di Ruang Rapat Raja Haji Fisabilillah, Kantor Walikota Tanjungpinang, Selasa (19/1).
Menurut data yang dipaparkan oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri dan BPS Kota Tanjungpinang, Menjelaskan bahwa IHK Kota Tanjungpinang pada Januari 2021 diperkirakan terkendali pada Kisaran 0,5 – 0,8% (mtm) atau 1,8 – 2,1% (yoy).
Terdapat beberapa potensi risiko tekanan inflasi yang perlu diwaspadai antara lain peningkatan curah hujan berpotensi mendorong kenaikan harga pada komoditas bahan pangan seperti cabai (merah dan rawit), produk unggas (daging dan telur), serta komoditas sayuran. Gangguan cuaca seperti gelombang laut yang tinggi pada periode musim angin utara dapat menghambat distribusi barang, harga rokok berpotensi meningkat menjelang implementasi kenaikan Cukai Hasil Tembakau (CHT) dan Harga Jual Eceran (HJE) pada 1 Februari 2021 serta penyesuaian tarif dan upah pada awal tahun 2021.
Sementara itu, data yang disampaikan oleh BPS Kota Tanjungpinang pada bulan Desember 2020 komoditas dominan penyumbang inflasi di Kota Tanjungpinang terdiri dari cabai merah 0,27%, angkutan udara 0,20%, cabai rawit 0,09%, bawang merah 0,06%, telur ayam ras 0,06%, bayam 0,06%, kangkung 0,04%, sawi hijau 0,04% cabai hijau 0,03%, dan kacang panjang 0,02%.
Mengenai perkembangan harga bulan Januari 2021 (1), tercatat 57 komoditi barang/jasa kebutuhan masyarakat mengalami kenaikan harga, di antaranya adalah kol putih/kubis, cabai rawit, terong, buncis, tomat, sotong, ikan selar/ikan tude, sawi putih/pecay/pitsai, wortel, ikan layang/ikan benggol, ikan bulat, cabai merah, ikan kakap merah, ikan ekor kuning, udang basah, ikan tongkol/ikan ambu-ambu, ikan caru, cabai merah kering, cumi-cumi, telur ayam ras, ikan mata besar, daging ayam ras, deodorant, kacang panjang, ketimun, ikan pinang-pinang, pemutih, ikan kembung, lada/merica dan susu bubuk untuk tulang/manula.
Inflasi Tahun 2021 berpotensi mendekati batas atas sasaran inflasi, inflasi inti dan administered price diperkirakan mengalami peningkatan, didorong meningkatnya daya beli dan ekspektasi masyarakat seiring perbaikan perekonomian. Peningkatan risiko inflasi juga berasal dari kelompok volatile food dikarenakan peningkatan harga bahan pangan pada tahun ini. Hal ini perlu diantisipasi agar tidak mendorong inflasi secara keseluruhan meningkat mendekati batas atas sasaran inflasi 2021. La Nina yang berlangsung hingga Februari juga dapat mengganggu produksi bahan makanan.
Sementara itu, Perwakilan Bulog mengatakan ketersediaan stok beras yang tersedia saat ini di gudang Bulog Tanjungpinang tergolong aman dan cukup dengan jumlah 1000 ton dan dengan data yang ada saat ini ketersediaan komoditi di gudang Bulog Tanjungpinang tergolong aman dan mencukupi sampai 3 bulan dan sudah ada upaya untuk penambahan 1000 ton lagi untuk sampai 3 bulan kedepan. (BK/R)