Beranda Berita Utama Memahami Bisnis Migas Sebagai “Darah” Penggerak Ekonomi

Memahami Bisnis Migas Sebagai “Darah” Penggerak Ekonomi

0

Berbicara mengenai migas, bidang ini selalu menjadi sorotan publik karena dinilai sangat mempengaruhi aspek sosial lainnya termasuk gairah investasi. Jangankan masyarakat awam, beberapa pengamat juga tidak terlalu paham, lebih banyak
menduga-duga.

Ketidakjelasan yang diikuti ketidaktahuan, karena informasi yang diberikan tidak komplit, akan memunculkan kecurigaan. Dan itu adalah lahan empuk untuk menduga-duga. Oleh karenanya dibutuhkan sarana untuk menginformasikan dan menunjukkan, seperti apa sebenarnya, apa adanya, tanpa ditambah dan tidak
dibumbui ataupun ditunggangi oleh kepentingan apapun yang tidak sehat, kecuali kepentingan luhur untuk berbagi.

Hal itulah yang mendasari Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (ASPERMIGAS) memberikan pendidikan bagi pelaku bisnis migas, masyarakat dan juga para pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah dan media atau wartawan. Selama dua hari, mulai 2 hingga 3 Oktober 2020 digelar workshop secara online
terkait pemahaman dasar industri migas dari sektor hulu sampai ke hilir dengan tema “Bisnis Proses Migas dari Hulu ke Hilir, Skala Nasional dan Internasional”.

Dibuka oleh Menteri ESDM, Arifin Tasrif, kegiatan yang terselenggara atas dukungan PT Pertamina (Persero), Telkomsel, Rekind dan PT BKI ini diikuti ratusan wartawan dari berbagai daerah dan menghadirkan sejumlah pembicara
kompeten. Ada Ketua Dewan Pers, M. Nuh, Ketua Umum Aspermigas, John S. Karamoy, Presiden Direktur PT RTG Lead Trainer Oil & Gas Moch. Abadi dan Ex-Senior Economist Lemigas, Silambi Palamba pada hari pertama.

Ketua Dewan Pers, M Nuh.

Ketua Dewan Pers, M Nuh mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih sebab kegiatan ini sejalan dengan upaya Dewan Pers dalam rangka meningkatkan kompetensi wartawan.

“Pentingnya memahami substansi, konten dan konteks; edukasi dan pencerahan bagi publik. Kalau tidak, pemberitaan justru akan berakibat pada pembodohan dan penyesatan publik. Disinilah pentingnya pelatihan bisnis proses migas. Pelatihan ini sebagai upaya memahami konten dan konteks di bidang migas,” ujarnya.

Wartawan, kata M Nuh, memiliki peran strategis untuk menggelorakan semangat dan mengawal perubahan sosial. Ianya harus menjadi penyubur tumbuhnya kecerdasan untuk kejayaan Indonesia. Oleh karena itu, wartawan semestinya mendapat pemahaman yang utuh terhadap suatu permasalahan agar benar-benar bisa dan mampu menyampaikan kabar semestinya kepada khalayak.

Senada itu, Ketua Umum Aspermigas, John S. Karamoy mengatakan, media sebagai institusi penting untuk menyebarkan informasi, sekaligus menjadi penghubung pemangku kepentingan, pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat.
Oleh karenanya, wartawan wajib memahami kegiatan bisnis migas agar pemberitaan lebih akurat, mudah dimengerti dan diterima sebagai informasi yang berbobot dan bermanfaat.

“Peran media sangatlah penting di tengah era digital dengan arus informasi yang cepat dan tidak terbendung. Maka dibutuhkan pemahaman dasar bagi rekan media terkait pengolahan informasi. Agar informasi yang disampaikan akurat, kredibel
dan mudah dipahami oleh pembaca yang sangat beragam,” ujar John.

Menjadi pertanyaan, mengapa pengetahuan tentang bisnis migas tidak sampai dan kerap menjadi salah tafsir oleh masyarakat pembaca?

Ketua Umum Aspermigas, John S. Karamoy.

John S. Karamoy mengurai beberapa penyebabnya. Komisaris Utama JSK Petroleum Academy itu menyebutkan, mungkin saja karena metode sosialisasi yang tidak komprehensif, terlalu singkat dan kurang mendalam. Atau bahkan sosialisasi disampaikan terlalu mendalam tanpa sebuah pengantar yang cukup sehingga membingungkan. Atau penyebab lainnya bisa juga karena praduga dan cara pikir yang salah.

Baca Juga :  Ansar Ahmad Terima Audiensi Ketua Permabudhi Kepri

Maka oleh karena itu, John S. Karamoy (JSK) Petroleum Academy, sebuah perusahaan bergerak di bidang vocasional training yang didirikan oleh profesional migas anggota Aspermigas yang memiliki puluhan tahun pengalaman di industri,
mengadakan pelatihan ini secara rutin dan berkelanjutan. Pemateri yang dihadirkan, kata John adalah mereka yang mahir dan memiliki keahlian, baik teknis (engineering) maupun yang bersifat umum seperti manajemen perusahaan (corporate).

Pada hari kedua pelatihan, materi disampaikan oleh Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero) Mulyono. Lalu Direktur PT SPAB dan PT Amaranz Energy Indonesia, Pudjo Suwarno. Dan terakhir materi dari Sekjen Aspermigas, Moshe Rizal.

Moshe Rizal berharap pengalaman dan pengetahuan yang diberikan di pelatihan ini berguna untuk menciptakan berita yang informatif dan menarik bagi masyarakat. Sebab sejauh ini, masih banyak pernyataan dari para pengamat ataupun wartawan
yang keliru, mengemuka jadi perdebatan. Padahal, penyebabnya lebih karena pemahaman yang tidak benar. Salah sejak dari awal

“Belajar dari hal tersebut, maka sangat diperlukan pemahaman yang seragam terhadap istilah-istilah perminyakan yang seringkali sangat berbeda menurut pemahaman awam. Selain itu penting sekali setiap data atau pernyataan diberikan
penjelasan dan keterangan yang memadai,” ujarnya.

Sekjen Aspermigas, Moshe Rizal.

Moshe juga membuka diri bagi wartawan yang ingin mendapatkan informasi yang lebih dalam lagi atau topik yang lebih spesifik ataupun industri lainnya di sektor energi bisa menghubunginya atau tim Aspermigas.

“Semoga kita dapat mengadakan kembali pelatihan seperti ini secara reguler. Dan sebagaimana yang dikatakan Ketua Dewan Pers, pentingnya wartawan yang memiliki wawasan, intelektual dan spesialisasi,” katanya.

Bisnis Proses Minyak dan Gas Bumi

Poros kegiatan bisnis migas adalah penemuan cadangan migas. Penemuan cadangan migas akan terjadi jika dilakukan eksplorasi atau upaya mencari. Kegiatan ini merupakan kegiatan paling penting dalam rantai bisnis migas. Keberhasilan bisnis migas ditentukan oleh kegiatan eksplorasi.

Bisnis migas membutuhkan investasi yang tidak sedikit, teknologi tinggi, dan sumber daya manusia dengan kualifikasi tertentu. Oleh karena itu, untuk mengelola usaha migas diperlukan pengetahuan tentang kegiatan sektor mulai dari pembentukan migas, kegiatan sektor hulu (eksplorasi dan produksi), kegiatan sektor hilir (pengolahan, transportasi dan distribusi), serta dinamikanya.

Perusahaan minyak yang sudah berpuluh-puluh tahun, bahkan sudah ratusan tahun bergerak di industri ini sangat memahami bahwa ini adalah bisnis ketidakpastian. Yang pasti, dan yang dapat dipastikan dari bisnis ini adalah ketidakpastian untuk
menemukan cadangan.

Presiden Direktur PT RTG Lead Trainer Oil & Gas Moch. Abadi mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi cadangan migas yang cukup besar.

Baca Juga :  Pjs Gubkepri Siap Sukseskan Pilkada 2020 di Kepri

“Terdapat ada 60 Oil Basins, dan 22 telah dilakukan eksplorasi. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi banyak dilakukan di daerah Indonesia bagian barat (Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi). Sekitar 75 % kegiatan tersebut dilakukan di Natuna, Sumatera, Laut Jawa, dan Kalimantan Timur,” terangnya.

Ada lima perusahaan migas terbesar di Indonesia yang menyumbang 96% produksi crude oil, yakni CPI, Exxonmobil, Pertamina, Pertamina Hulu Mahakam, dan CNOOC. Saat ini total produksi crude oil di Indonesia 773,923 BOPD, sedikit dibawah target 800.000 BOPD. Dimana kebutuhan migas di
Indonesia sekitar 1,7 juta BOPD. Maka kekurangan didapatkan melalui import.

“Dikarenakan cadangan migas dan produksi menurun mendekati 800 MBOPD dan saat bersamaan konsumsi BBM meningkat, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sekitar 1.5 MMBOPD, maka Indonesia terpaksa melakukan import crude dan BBM dari luar,” jelasnya.

Ex-Senior Economist Lemigas, Silambi Palamba memaparkan, kegiatan hulu migas diawali dengan penawaran wilayah kerja pertambangan migas oleh pemerintah. Wilayah kerja pertambangan migas yang ditawarkan tersebut tidak
selalu terbukti mengandung cadangan migas. Sebab itu merupakan wilayah yang berdasarkan perkiraan dan data studi awal diindikasikan kuat mengandung migas.

Undang Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, mengatur antara lain tentang penyelenggaraan kegiatan sektor migas dan membaginya jadi dua bagian yakni kegiatan hulu migas dan kegiatan hilir migas. Kegiatan hulu berintikan mencari dan mengangkat migas dari dalam perut bumi dan menjualnya. Sedangkan kegiatan hilir berintikan pengelolaan, menyimpan, mendistribusikan dan memperdagangkannya.

Perusahaan minyak yang bekerja di Indonesia sangat beragam. Ada yang hanya berstatus perusahaan lokal, nasional hingga multinasional. Sebagian besar bisnis hulu migas menggunakan kontrak kerjasama dengan pola bagi hasil yang juga disebut Production Sharing Contract atau PSC. Untuk membagi risiko umumnya dalam satu wilayah kerja seringkali dikerjakan lebih dari satu kontraktor. Mereka disebut pemegang interest, bukan pemegang saham.

PI dan Peran Pemerintah dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas

PI merupakan singkatan dari participating interest, yang merupakan hak atau kemauan untuk mengelola sebuah lahan. Disebutkan bahwa kontraktor melalui operator wilayah kerja diwajibkan untuk memberi penawaran interest sebesar 10%
kepada BUMD pemerintah daerah penghasil migas.

Kewenangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang dapat terkait langsung dengan kegiatan migas di daerah, antara lain pemberian izin mendirikan bangunan, izin lokasi, izin gangguan, dan izin lingkungan. Juga rekomendasi pengelolaan sumur tua.

“Pemerintah daerah yang BUMD nya mendapatkan pengelolaan PI 10% bertanggungjawab mempermudah dan mempercepat proses penerbitan izin di daerah, serta membantu penyelesaian masalah yang timbul terkait pelaksanaan kontrak kerjasama di daerah,” papar Silambi Palamba.

Inovasi Teknologi Meningkatkan Produksi Migas

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebutkan ada trend penurunan produksi migas di Indonesia tiap tahunnya. Saat ini, Indonesia memiliki cadangan sekitar 3,77 miliar barel, atau 0,2 persen dari cadangan dunia.

Baca Juga :  Pengusaha Lokal Diajak Berinvestasi, Gubernur Kepri Siap Bantu Perizinan

“Ini disebabkan lapangan minyak di Indonesia banyak yang sudah tua dan belum ditemukannya cadangan minyak berskala besar. Dengan asumsi tidak adanya temuan cadangan baru, maka umur cadangan minyak hanya sekitar 9 tahun,” ungkapnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif.

Sementara cadangan gas bumi ada sekitar lebih dari 77 triliun kaki kubik atau 1,5 persen dari cadangan dunia. Umur cadangan gas tersebut bisa sampai 22 tahun dengan asumsi tidak ada temuan baru.

“Perlu ada strategi nasional jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek memaksimalkan eksploitasi lapangan migas, mendorong wilayah kerja Pertamina supaya lebih produktif dan bisa dikerjasamakan dengan pihak lain, mensinergikan inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi migas. Sedangkan
untuk jangka panjang, pemerintah mempunyai target produksi 1 juta barel di tahun 2030 mendatang, target tersebut akan dilakukan dengan mempertahankan tingkat produksi lapangan yang ada sekarang,” jelasnya.

Harga minyak saat ini terus berfluktuasi dan tentu saja sangat berimbas kepada Indonesia yang masih sangat bergantung kepada migas. Inflasi dan neraca keuangan negara akan sangat terpengaruh, terlebih dengan adanya perkuatan dolar. Jika tidak melakukan sesuatu, bisa membawa kepada situasi krisis.

Pentingnya Sinergi

Sinergi merupakan kata kunci dalam pengembangan bisnis migas. Pada era otonomi daerah, investasi dari sektor hulu migas juga membutuhkan dukungan pemangku kepentingan di tingkat daerah, termasuk dari pemerintah daerah dan tentu saja instansi teknis yang juga merasa punya kewenangan melakukan
pengawasan atau bahkan mengeluarkan perizinan.

Masalahnya, masih banyak pemangku kepentingan di daerah yang belum sepenuhnya memahami bahwa industri migas merupakan bisnis negara yang menjadi salah satu lokomotif energi pembangunan nasional. Sebagian juga tidak paham untuk bisa memproduksi migas, bukan hanya butuh teknologi tinggi dan
modal besar, tetapi juga risiko yang tinggi.

Sinergi yang baik sebagai pemangku kepentingan sangat dibutuhkan. Sebab, kelancaran kegiatan industri hulu migas bukan hanya penting untuk meningkatkan produksi, tetapi juga untuk meningkatkan nilai investasi yang ujung akhirnya akan
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Semua harus paham bahwa bahwa ketersediaan energi menjadi kunci yang sangat penting dalam menjamin jalannya pembangunan. Tanpa energi yang memadai, sulit sekali membayangkan perekonomian bisa tumbuh.

Komunikasi yang Baik

Komunikasi dinilai penting untuk menjaga stabilitas berbagai aspek. Apa yang telah dilakukan Aspermigas bersama JSK Petroleum Academy yang secara rutin melaksanakan pelatihan patut diapresiasi dan didukung. Komunikasi yang baik dan
lancar tentu sangat membutuhkan peranan media massa sebagai institusi yang memiliki tugas menyebar luaskan informasi sehingga bisa tersampaikan kepada masyarakat.

Ujung tombaknya tentu saja wartawan. Maka, sangat diharapkan program ini dapat terus dilaksanakan dan semoga semakin banyak yang teredukasi. Sehingga dapat membantu masyarakat memahami bagaimana migas sebagai ‘darah’ kehidupan dan
penggerak ekonomi mensejahterakan Indonesia.(Moel Akhyar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here