Oleh Alfitri
Dosen FISIP Unand
Salah satu momen yang banyak ditunggu-tunggu publik dalam prosesi Pilpres adalah debat antar pasangan capres-cawapres. Acara ini biasanya disiarkan secara langsung oleh banyak stasiun TV.
Debat capres-cawapres ini dinanti, baik oleh para pemilih yang sudah menentukan pilihan maupun yang belum. Bagi yang sudah menentukan pilihan dan mendukung salah satu pasangan capres-cawapres tertentu, ini jadi kesempatan bagi mereka untuk mengelu-elukan jagoannya. Sekaligus jadi bahan untuk eyel-eyelan dan gelud di medsos.
Sedangkan bagi yang belum menentukan pilihan, debat capres-cawapres menjadi kesempatan untuk mencermati visi misi dan program yang ditawarkan para capres. Sekaligus juga untuk melihat penampilan dan penguasaan dan solusi yang ditawarkannya terhadap berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia berdasarkan pengalaman dan rekam jejaknya.
Untuk Pilpres tahun 2024 telah mendaftar tiga pasang bakal capres/cawapres. Masing-masing mereka memiliki variasi dan kombinasi pengalaman dan rekam jejak menjabat di eksekutif. legislatif, dan yudikatif.
Di antara mereka ada yang pernah menjabat di eksekutif saja, ada yang pernah di eksekutif dan legislatif. Dan ada pula yang pernah menjabat di eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dengan variasi dan kombinasi latar belakang seperti itu, tentu menarik melihat bagaimana para capres-cawapres itu dapat meyakinkan publik untuk dipilih.
Untuk Pilpres tahun 2024 debat antar pasangan capres-cawapres akan digelar KPU sebanyak lima kali. Acara ini akan dilaksanakan selama masa kampanye, yakni dalam rentang waktu tanggal 28 November 2023-10 Februari 2024. Sebagai bagian kampanye, acara ini pun bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan secara bertanggungjawab (Kompas.com, 25/10/23).
Menurut survei Litbang Kompas periode Agustus 2023, ada 27,9 persen undecided voters atau pemilih yang masih bimbang. Angka ini meningkat dibanding survei periode Mei 2023 yang mana undecided voters-nya 24,7 persen. Seperti diketahui, undecided voters ini adalah responden yang menjawab “tidak tahu” “rahasia” dan tak menjawab pertanyaan soal pilihan capres (Kompas.com, 22/09/23).
Debat capres-cawapres tentu bukan hanya adu retorika. Tapi untuk melihat kemampuan mereka dalam memetakan masalah dan mengajukan solusi yang tepat. Sekaligus ini dapat jadi dokumentasi politik terkait janji yang disampaikan oleh masing-masing capres-cawapres.
Kita berharap debat capres-cawapres nantinya benar-benar dapat menjadi sarana pendidikan politik rakyat. Semoga dapat dilihat sisi integritas dan kapasitas dari masing-masing pasangan capres-cawapres. Bukan hanya untuk bahan eyel-eyelan dan gelud di medsos.
Dengan melihat kapasitas dan substansi program dari debat pasangan capres-cawapres, diharapkan angka undecided voters berkurang dan akan semakin banyak pemilih yang segera menentukan pilihannya untuk Indonesia yang lebih baik ke depan. Mari kita tunggu jadwal mainnya.***