beritakepri.id, BATAM — Koas atau dokter muda merupakan tahapan pendidikan profesi yang dijalani di rumah sakit. Peserta didik akan mengitari setiap departeman yang ada di RS, seperti departemen penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, bedah, kebidanan dan kandungan, dst. Proses ini ditempuh selama 1,5 sampai 2 tahun.
Efrisa Lovieka Puteri yang saat ini Koas di Rumah Sakit Umum Kabupaten Lingga bercerita tentang suka duka dirinya menjalani koas dimasa pandemi Covid-19.
“Jangan lagi ada yang menyepelekan bencana non alam ini, jangan ada yang beranggapan proses perawatan pasien Covid-19 ini sama seperti perawatan biasa dan situasi di rumah sakit baik-baik saja. Kondisi saat ini benar-benar berbeda,” ujarnya kepada beritakepri.id, Sabtu, (24/10/2020).
Memulai koas dari Juli 2020 di Kabupten Lingga, selama 2 bulan di Dabo Singkep. Terus pindah ke Kota Batam di Puskesmas Sagulung selama 2 bulan.
“Selama di Puskesmas saya ikut mengantar jemput pasien Covid, baik yang di rapid atau diswab. Dalam sehari bisa 6 sampai 7 orang yang diantar swab. Kita juga kadang ikut mengantar pasien yang positiv ke Rumah Sakit Khusus Covid di Galang,” ungkap Lovi sapaan gadis muda Mahasiswi Universitas Batam Fakultas Kedokteran ini.
Bersama tenaga kesehatan lainnya bergantian memeriksa kondisi pasien, berkomunikasi dengan dokter spesialis, serta menjadi teman bagi pasien saat sedang berinteraksi. Tak jarang ia sedih melihat kondisi pasien yang diisolasi lantaran tak ada anggota keluarga yang menemani. Terlebih, kata dia, pasien lanjut usia yang kesulitan untuk berkegiatan sendirian.
Tantangan lainnya adalah berkomunikasi dengan keluarga pasien. Ia mencontohkan saat pasien yang memiliki gejala cukup berat dan harus dirujuk, namun mengantre karena ruangan ICU yang terbatas. Terlebih saat ada pasien yang meninggal dan harus dimakamkan dengan prosedur Covid-19.
“Tak mudah untuk memberi pengertian kepada keluarga pasien tentang hal tersebut,” tuturnya.
Lovi merasa bertugas merawat pasien Covid-19 di masa pandemi ini merupakan pengalaman yang berharga. Baru kali ini Ia melihat kecemasan orang yang saat ia tetap harus menjalankan koas padahal sedang dalam masa pandemi.
Dirinya sebenarnya takut, dimana ia dan kawan- kawan masih koas, masih terlalu banyak hal baru, sebagai pembelajaran awal tentang pengabdian.
“Sebenarnya was-was juga, karena virus ini tak terlihat dan ada dimana saja. Tapi karena profesi dan tanggung jawab, harus buang jauh- jauh rasa takut. Begitu pesan papa yang selalu saya ingat, bahwa dokter itu bukan profesi main-main, karena pasien kalau sudah berobat ke kita berarti pasien itu punya harapan terhadap kita agar sembuh. Pasien itu ngasih kepercayaan ke kita untuk nyembuhkan mereka, dan dokter bukan sekedar untuk menghasilkan uang, tetapi lebih kepada tanggung jawab,” ucapnya. (BK/Cha)