beritakepri.id, PEKANBARU — Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri (SCB), telah mempersembahkan baktinya terhadap negeri ini dengan sederet kegemilangan dalam kutub sastra maupun bahasa sekaligus sebagai ciri khas utama Riau di mata nasional maupun internasional.
“Kreativitas yang diperlihatkan Tuan Sutardji memperkukuh posisi Riau sebagai pusat bahasa dan kebudayaan Melayu,” kata Taufik Ikram Jamil (TIJ) dalam laporannya sebagai Ketua Panitia penabalan Gelar Datuk Seri Pujangga Utama kepada Sutardji Calzoum Bachri, Rabu (7/10/2018), di Balai Adat LAMR.
Gelar kehormatan tertinggi ini, kata TIJ, dalam 40 tahun terakhir baru diberikan kepada delapan orang tokoh. Yakni, kepada Susilo Bambang Yudhoyono, Rida K Liamsi, dan Ustadz Abdul Somad.
“Diharapkan, dengan gelar ini dapat memotivasi semua pihak baik secara pribadi maupun kelompok untuk berbuat sesuatu yang berguna bagi agama, bangsa, dan negara,” ucap TIJ.
Prosesi penabalan diawali dengan pembacaan ikhtisar riwayat hidup sastrawan kelahiran Rengat, Indragiri Hulu ini serta musyawarah Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR tentang pemberian gelar kehormatan kepada SCB.
Puncak acara penabalan ini pun diiringi pembacaan warkah penabalan sembari memasangkan tanjak dan selempang yang dilakukan oleh Ketua Umum MKA LAMR, Datuk Seri Al Azhar kepada SCB yang telah resmi dinobatkan sebagai Datuk Seri Pujangga Utama.
Dalam elu-eluannya, Plt Guberbur Riau, Wan Thamrin, mengaku sangat mengenal saudara mara SCB. Mereka adalah keluarga tokoh terbaik Riau dan ternama, dan memang patut diberi gelar Datuk Seri Pujangga Utama kepada SCB karena beliau adalah tokoh sastra Indonesia yang ternama.
“Sajak-sajak Sutardji mengundang reaksi kesusastraan dan bahasa Indonesia. Kepenyairannya merupakan pancang dan tonggak kesusastraan Indonesia yang kaya dengan nilai-nilai budaya Melayu,” ungkap Wan Thamrin.
“Kalau mengharap hujan dari langit, air di tempayan jangan dibuang,” kata Ketua Kerapatan Adat LAMR, Datuk Seri Al azhar, menggambarkan seorang SCB yang dapat dinilai, bagaimana SCB terus terbang ke angkasa tapi tidak melepaskan kebudayaan yang mengakar pada diri.
“Hal ini juga menjadi harapan kami terus menggesa kepada Plt Gubenur Riau untuk berjuang agar muatan Melayu Riau (muatan lokal) menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah. Sehingga anak-anak kita bisa tahu dan budaya mengakar di diri mereka,” ucap Al azhar.
Pada kesempatan itu, SCB diminta oleh Plt Gubernur Riau untuk membaca karyanya. Tiga sajak dibaca SCB, Mantra, Tanah Air Mata, dan Wahai Pemuda Mana Telormu.(RK/BK)