Beranda Kolom Nasional Menjadi ‘Trader’ atau Investor?

Menjadi ‘Trader’ atau Investor?

0
Menjadi ‘Trader’ atau Investor.F-Bei

beritakepri.id, JAKARTA – Investasi di pasar modal terutama saham, banyak diminati oleh generasi milenial ataupun generasi Z di perkotaan, baik di ibukota maupun yang berdomisili di kota-kota lain. Transaksi saham secara online memudahkan aktivitas para investor untuk bertransaksi dari manapun. Banyak kelompok investor milenial yang kemudian menjadi investor aktif, atau biasa dikenal dengan “trader”.

Trader adalah investor yang aktif melakukan transaksi jual dan beli saham. Berbeda dengan investor yang seringkali dikaitkan dengan berinvestasi saham dalam jangka panjang, trader seringkali dikenal sebagai spekulator. Hal ini dikarenakan mereka sering mencari keuntungan jangka pendek dari selisih harga beli dan jual saham dalam hitungan hari bahkan jam. Dengan memahami dua karakter pelaku pasar modal tersebut, para investor pemula bisa menyesuaikan kebutuhannya, apakah mau menjadi trader untuk kebutuhan jangka pendek atau menjadi investor sejati untuk kebutuhan jangka panjang.

Berdasarkan prinsip investasi, seorang trader memiliki prinsip buy dan sell. Trader melakukan pembelian dan penjualan dengan melakukan analisis terhadap grafik pergerakan saham untuk memperoleh keuntungan. Sementara itu, investor yang memiliki prinsip buy dan hold akan membeli saham kemudian menyimpannya dalam jangka waktu panjang. Kemudian, Iinvestor tersebut akan menjual portofolio sahamnya tersebut saat sudah mencapai tujuan keuangannya.

Baca Juga :  Roby Dukung Investasi SWRO di Kabupaten Bintan

Analisis Fundamental vs Teknikal

Dalam mengevaluasi produk investasi, seorang investor dapat menggunakan dua metode analisis, yaitu analisis fundamental dan teknikal. Seorang investor membutuhkan analisis fundamental untuk menganalisis faktor-faktor yang bisa mempengaruhi harga saham, seperti kondisi bisnis perusahaan terkait serta kondisi ekonomi nasional dan internasional.

Analisis fundamental umumnya digunakan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan keuangan dan bisnis perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis kondisi fundamental sebuah instrumen investasi (khususnya saham), yaitu top-down analysis dan bottom-up analysis.

Dalam pendekatan top-down analysis, investor menganalisis kondisi ekonomi nasional dan internasional terlebih dahulu, lalu kondisi industri sebuah perusahaan, dan yang terakhir adalah kondisi keuangan perusahaan tersebut. Sebagai contoh, jika investor ingin berinvestasi pada saham emiten di sektor makanan, maka investor harus melihat kondisi ekonomi Indonesia terlebih dahulu, lalu kondisi bisnis sektor Fast Moving Customer Goods (FMCG), dan yang terakhir adalah kondisi keuangan perusahaan yang sahamnya ingin dianalisis.

Baca Juga :  Roby Serahkan Sembako, UEP dan Sarana Prasarana Posyandu Bintan

Sebaliknya, pendekatan bottom-up analysis dilakukan dengan mengevaluasi kondisi perusahaan terlebih dahulu, lalu kondisi industri FMCG, dan yang terakhir adalah kondisi ekonomi nasional serta internasional. Investor dapat memilih di antara kedua pendekatan ini sesuai dengan kebutuhan. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengevaluasi faktor fundamental saham perusahaan, diantaranya adalah Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Price to Earnings Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), berita mengenai bisnis terkait, dan indikator makro ekonomi, seperti inflasi, GDP, dan suku bunga.

Sementara itu, analisis teknikal adalah metode analisis yang dilakukan dengan menganalisis riwayat harga saham untuk memperkirakan harga instrumen investasi tersebut di masa depan. Umumnya metode ini hanya digunakan untuk menganalisis instrumen investasi saham karena menggunakan data riwayat harga. Selain itu, analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa pergerakan harga saham pasti akan membentuk pola tertentu dan pola tersebut pasti akan terbentuk kembali di masa depan.

Analisis teknikal umumnya menggunakan chart untuk menggambarkan pergerakan antara supply dan demand saham yang tergambar dalam titik-titik. Umumnya, trader atau investor aktif menggunakan chart dalam bentuk candlestick untuk melakukan analisis yang bersifat teknikal.

Baca Juga :  Marc Marquez Absen Sampai Akhir 2020

Selain itu, indikator teknis analisis teknikal umumnya merupakan berbagai metode statistik yang dapat digunakan oleh trader untuk memperkirakan perubahan harga, seperti moving average (rata-rata bergerak), Fibonacci retracement, bollinger band, dan lain sebagainya. Kemudian, sumber data yang digunakan untuk analisis fundamental dapat ditemukan di laporan keuangan, laporan tahunan perusahaan, dan berita-berita ekonomi. Sementara itu, data-data untuk analisis teknikal umumnya sudah tercantum di dalam aplikasi trading dalam bentuk grafik harga real time serta tercantum dalam data order book.

Umumnya aplikasi trading yang disiapkan perusahaan sekuritas untuk para investornya sudah memiliki fitur khusus yang menampilkan data fundamental aset terkait dan berita-berita ekonomi. Akan tetapi, jika aplikasi yang digunakan tidak menampilkan fitur tersebut, maka investor bisa mengunjungi aplikasi berita ekonomi, seperti Yahoo Finance, Bloomberg atau Marketwatch, untuk memantau pergerakan harga saham terkini sekaligus up to date dengan berita terkait. ***

Penulis : Red/Bei
Editor : Redaksi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here