Siapa Caleg DPR RI Melenggang ke Senayan
Oleh : Cak Ta’in Komari SS
Jurnalis freelance & Mantan Dosen Unrika Batam
Anggota DPR RI daerah pemilihan (dapil) Kepri periode 2019-2024 yakni Turman Panjaitan-PDIP, Asman Abnur-PAN, Nyat Kadir-Nasdem, dan Cen Sui Lan-Golkar. Dari keempat legislator itu siapa kiranya yang bakal bertahan dan tergabti oleh figur baru. Mengingat pileg 2024 ini, tokoh-tokoh yang selama ini populer di politik juga turut mencalegkan diri, sebut saja Soerya Respationo (PDIP), Suryani (PKS), Isdianto, Huzrin Hood, Rocky Bawole (PKB), Andi Anhar Chalid (Gerindra), Alex Guspeneldi (PAN), dan Risky Faisal (Golkar).
Kalau kalkulasi peluang partai yang lolos ke Senayan itu tidak berubah, maka kemungkinan hanya akan terjadi perubahan personalnya. Artinya persaingan hanya terjadi di internal caleg partai. Tetapi jika secara partai ada pergeseran, di mana koalisi partai pendukung capres-cawapres dipastikan bakal mempengaruhi suara pemilih dengan catatan terjadi pararel. Artinya suara pemilih capres-cawapres hanya akan memilih caleg dan partai koalisinya.
Tentu ketika prediksi tidak ada perubahan partai yang lolos tidak menarik diotak-atik lagi. Misalnya PDIP, paling terjadi pergeseran dari Turman Panjaitan ke Soerya Respationo, dan Golkar dari Cen Sui Lan ke Risky Faisal. Sementara PAN dan Nasdem tidak akan berubah dari Asman Abnur dan Nyat Kadir. Maka otak-atik politik Kepri hanya menarik denga melihat peluang partai lain menggeser ke-4 partai itu.
4 partai pemilik kursi Senayan saat ini semua potensi tergeser, mengingat semua pernah kehilangan kursinya. PDIP dan PAN kehilangan kursi pada pemilu 2009, diisi Demokrat, PKS dan Golkar. Pemilu 2014, terjadi pergeseran lain, 3 kursi Senayan berganti semua diambil PDIP-Ria Latifah, Nasdem-Nyat Kadir dan PAN-Asman Abnur. Pemilu 2019 kursi Senayan dari Kepri bertambah satu, PDIP, Golkar, PAN dan Nasdem.
Jika masyarakat memilih pararel atas koalisi partai dalam capres-cawapres maka masing-masing caleg memiliki peluang mengambil kursi dari Kepri. Pada koalisi capres 01, PKS dan PKB sama-sama memiliki peluang melihat ketokohan dan sistem kerja partai masing-masing. Koalisi 02 berpotensi satu dari 4 partai koalisi punya peluang mulai dari Gerindra, PAN, dan Golkar. Sementara di koalisi 03 peluangnya dipegang PDIP.
Mengapa Nasdem tidak masuk yang memiliki peluang ke Senayan? Dua alasan kuat, pertama ketua DPW Nasdem Muhammad Rudi mendua bahkan indikasi membelot ke koalisi 02 dimulai dengan istrinya yang terang-terangan di sana duluan, kedua caleg Nasdem mayoritas tidak menampilkan capres-cawapres dukungan partai tersebut. Maka ada indikasi kursi DPR RI Nasdem bakal dilepaskan dan lebih mendorong mengamankan Gerindra.
PKS diprediksi lolos dengan figur utama Suryani, mengingat perolehan saat Pilkada Gubernur 2020 yang memenangkan Kota Batam faktor Suryani sangat menentukan. Selain itu kerja PKS yang lebih sistematis dan terstruktur garis lurus dengan Capres-cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar juga bakal menarik pemilih non sistem. PKB juga memiliki peluang di mana tiga figur caleg memiliki basis pemilih yang berbeda dan bisa saling menguatkan, ada Isdianto mantan Gubernur Kepri 2019-2020, Huzrin Hood pejuang Provinsi Kepri, dan Rocky Bawole dengan basis Kabupaten Karimun – jika masing-masing bisa memperoleh sekitar 50 ribuan suara maka PKB bisa mengamankan satu kursi, ditambah figur Cawapres-Cak Imin adalah Ketua Umum PKB.
Golkar kemungkinan tergeser melihat figur Cen Sui Lan yang sebelumnya hanya memperoleh suara sekitar 3 ribuan, bahkan jauh di bawah Risky Faisal yang hanya calon DPRD Provinsi saat itu. PDIP dengan figur Soerya Respationo diprediksi tidak kesulitan mengamankan kursi kembali, meski caleg incumbent tidak segiat pemilu 2019 lalu.
PAN dan Gerindra juga meragukan untuk bisa mengamankan kursi ke Senayan. Analisanya sederhana, perolehan kursi DPR RI umumnya pararel representatif perolehan kursi di DPRD Provinsi dan Kabupaten Kota. Perolehan Kursi DPR RI Asman Abnur pada pemilu 2019 tidak representatif perolehan kursi DPRD Provinsi Kepri yang hanya diwakili Alex Guspeneldi dan Yudi Kurnain. Keduanya dari dapil Kota Batam, di luar itu tidak mendapatkam kursi. Tentu sebagai tokoh politik PAN mestinya memiliki tanggung jawab untuk mengamankan kursi secara representatif di provinsi maupun kabupaten/kota.
Gerindra pada pemilu 2019 berada di posisi 5, tetapi situasi saat itu dengan 2024 sangat berbeda. Gerindra saat itu diuntungkan adanya Relawan Ganti Presiden dan kelompok independen non Jokowi, yang saat itu mendukung Prabowo Subianto. Kelompok non-Gerindra itu meninggalkan Prabowo begitu masuk kabinet Jokowi. Pemilu 2024, Gerindra akan berjuang sendirian dan hanya menjual figur Prabowo sebagai capres. Ya ditambah sedikit kelompok yang masih mengagungkan Jokowi dengan figur Gibran sebagai cawapres. Bahkan ketika 02 mampu memenangkan suara pemilih di Kepri belum tentu merepresentasikan caleg DPR RI nya.
Rasanya kalau tidak ada sesuatu yang luar biasa, pergerakan di masyarakat hampir tidak banyak berubah. Artinya, masing-masing partai cukup tahu bagaimana harus mengamankan suara hasil pemilu dengan mencermati setiap tahapannya dan semua potensi penyimpangan atau kecurangan? Semua partai yang berpeluang mengantarkan calegnya ke Senayan tetap perlu bekerja keras. Begitu juga dengan Golkar dan Nasdem jika ingin mempertahankan kursi di Senayan. Tapi prediksi sementara yang bakal lolos PDIP, PKS, Gerindra, kursi ke-4 jadi rebutan PKB, Golkar, Nasdem dan PAN.***